(Bahan Bacaan Markus 1:35-39) Kali ini kita hendak membicarakan satu tema yang penting dalam kehidupan Kristen yang sehat, yaitu tentang menyendiri, atau dalam bahasa yang lebih populer ‘saat teduh’. Seringkali kita orang Kristen melakukan rasionalisasi teologis dengan mengatakan bahwa saya tidak perlu lagi menyediakan waktu untuk bersaat teduh secara khusus, karena di manapun dan kapanpun saya dapat merenungkan ayat-ayat firman Tuhan. Hal ini kita tahu, tidak benar dan tidak jujur. Sama halnya dengan mengatakan tidak perlu lagi pada hari Minggu beribadah ke gereja karena seluruh hidupku adalah satu ibadah di hadapan Tuhan. Kenyataannya adalah bahwa kita tidak pernah beribadah. Tuhan Yesus sendiri dalam masa hidupnya selama di dunia ini, bukan hanya menyediakan satu waktu khusus untuk menyendiri, melainkan bahkan tempat yang khusus (alangkah rohaninya orang yang mengatakan bahwa di tengah-tengah hiruk-pikuk pasar dia bisa bersaat teduh). Unit ini (Markus 1:35-39) didahului oleh unit sebelumnya yang menceritakan tentang kesuksesan pelayanan Tuhan Yesus dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit dan mengusir setan-setan. Dan kemudian menyusullah unit ini, yaitu Tuhan Yesus .... pergi menyendiri. Ini menyatakan bahwa bahkan sebagai Anak Allah, Dia bergantung kepada Bapa-Nya yang di surga. Seluruh kehidupan Tuhan Yesus adalah sebuah kehidupan kebergantungan kepada Bapa. Luther pernah mengatakan, "Ich habe heute viel zu tun, darum muss ich heute viel beten," (saya banyak kerjaan hari ini, karena itu saya harus banyak berdoa hari ini). Kita hidup di jaman yang serba sibuk, yang serba menuntut kecepatan, bahkan kita memuji dan memberikan apresiasi yang tinggi untuk predikat ‘orang sibuk’. Kesibukan adalah sebuah virtue di jaman kita. Makin kita sibuk, makin kita rasa harus mengurangi jam doa dan jam saat teduh, namun hukum surgawi, sebagaimana dimengerti oleh Luther, tampaknya mengikuti aturan yang berbeda. Dan Luther yang meneladani Kristus itu mengerti bijaksana ini. Ayat 36 mencatat bahwa Simon dan kawan-kawan menyusul Yesus dan berkata, "Semua orang mencari Engkau". Seolah dia hendak mengatakan, "Engkau tidak seharusnya berada di sini. Tahu tidak, Engkau adalah orang yang sangat sukses dalam pelayanan-Mu, punya banyak fans, pengagum, dan sekarang mereka semua antri." Tapi sedikitpun Yesus tidak bergeming terhadap pernyataan ini. Saya percaya dalam doanya Yesus bukan sekedar menimba kekuatan dari surga untuk pelayanan-Nya di waktu yang akan datang, melainkan bahwa doa-Nya adalah merupakan satu doxology di hadapan Bapa, mengembalikan semua kemuliaan hanya pada Allah. Inilah yang menyebabkan mengapa Dia tidak menjadi 'GR' oleh kesuksesan pelayanan-Nya.
Hal ini sekaligus menyatakan bahwa bagi Yesus yang terpenting adalah relasi pribadi dengan Bapa di surga. Bukan keadaan sekeliling, bukan perkataan orang lain, melainkan apa yang dikatakan Bapa tentang Dia. Banyak orang yang berpendapat bahwa saat teduh atau doa yang intim merupakan gaya hidup yang terlalu sentimentil, pietis sempit, hanya menyatakan bahwa orang itu lemah dan tidak berdaya. Namun justru inilah yang dilakukan oleh Tuhan kita. Sesungguhnya hubungan kita dengan Bapalah yang menentukan arah dan kualitas seluruh hidup kita. Yang terakhir dari bagian ini kita dapat mempelajari bahwa di dalam solitude dan doa-Nya, Tuhan Yesus selalu jelas akan apa yang menjadi visi dan panggilan-Nya (‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang’, ayat 38). Bukan untuk menyembuhkan segala penyakit Ia datang, bukan untuk menikmati pujian dan kekaguman para fans, bukan untuk mendengarkan perkataan murid-Nya yang terlalu cepat dan tidak berhati-hati, melainkan untuk memberitakan Injil. Demikian pula kita akan senantiasa jelas akan visi dan panggilan hidup kita yang hanya sementara ini, karena kita melihat segala sesuatunya dari perspektif sebagaimana Tuhan melihatnya. Kiranya Tuhan membantu kita untuk bergumul menjadi seseorang yang semakin menyerupai Kristus! Solus Christus! Ditulis oleh Billy Kristanto, seorang penginjil yang sedang melayani di Gereja Reformed Injili Indonesia, Jakarta
|